Maraknya tingkah laku agresif akhir-akhir ini yang dilakukan kelompok remaja kotamerupakan sebuah kajian yang menarik untuk dibahas. Perkelahian antar pelajar yang pada umumnya masih remaja sangat merugikan dan perlu upaya untuk mencari jalankeluar dari masalah ini atau setidaknya mengurangi. Perkembangan teknologi yangterpusat pada kota-kota besar mempunyai korelasi yang erat dengan meningkatnya perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja kota.
Tujuan pembahasan ini adalah mengetahui rangsangan atau pengaruh terhadap agresivitasyang dilakukan oleh remaja kota, membahas pengaruh identitas kelompok yang sangatkuat yang menyebabkan timbul sikap negatif dan mengeksklusifkan kelompok lain,mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang memicu perilaku remaja kota serta mencari penanggulangan yang tepat dalam menyikapi kenakalan remaja kota.Manfaat dari pembahasan ini adalah membuka cakrawala bagi semua kalangan baik pemerintah, masyarakat maupun keluarga untuk dapat bekerja sama dalam menyiapkankader-kader dan generasi bangsa, untuk mengurangi tingkat agresivitas maupun kenakalan remaja khususnya perkelahian massal yang kerap kali dilakukan oleh remaja kota
Ada dua faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal di sini adalah faktor yang berlangsungmelalui proses internalisasi diri yang keliru oleh remaja dalam menanggapi miliu disekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Perilaku merupakan reaksi ketidakmampuandalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar.Sedangkan faktor eksternal adalah sebagai berikut:
1. faktor keluarga. baik buruknya rumah tangga atau berantakan dan tidaknya sebuah rumah tangga b. perlindungan lebih yang diberikan orang tua. penolakan orang tua, ada pasangan suami istri yang tidak pernah bisa memikultanggung jawab sebagai ayah dan ibud. pengaruh buruk dari orang tua, tingkah laku kriminal dan tindakan asusila
2. faktor lingkungan sekolah lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan bisa berupa bangunan sekolah yang tidak memenuhi persyaratan, tanpa halaman bermain yang cukup luas, tanpa ruangan olah raga,minimnya fasilitas ruang belajar, jumlah murid di dalam kelas yang terlalu banyak dan padat, ventilasi dan sanitasi yang buruk dan lain sebagainya.
3. faktor miliu/lingkungan lingkungan sekitar yang tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan remaja
TAWURAN PELAJAR
Data Komnas PA merilis jumlah tawuran pelajar tahun ini sebanyak 339
kasus dan memakan korban jiwa 82 orang. Tahun sebelumnya, jumlah
tawuran antar-pelajar sebanyak 128 kasus.
Tak berbeda jauh, data
dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan, pengaduan
kekerasan kepada anak sebanyak 107 kasus, dengan bentuk kekerasan
seperti kekerasan fisik, kekerasan psikis, pembunuhan, dan
penganiayaan.
Banyak sekali alasan yang bisa menjadikan tawuran
antar-pelajar terjadi. Pelajar sering kali tawuran hanya karena masalah
sepele, seperti saling ejek, berpapasan di bus, pentas seni, atau
pertandingan sepak bola. Bahkan, yang baru terjadi awal bulan ini,
tawuran dipicu saling ejek di Facebook, yang kemudian sampai
menyebabkan nyawa seorang pelajar melayang. Padahal, jejaring sosial,
kan, hanya untuk having fun, bukan untuk menjadi pemicu tawuran.
Selain alasan-alasan yang spontan, ada juga tawuran antar-pelajar yang sudah menjadi tradisi.
Dari
jajak pendapat Kompas pada bulan Oktober, dengan responden di 12 kota
di Indonesia, diketahui sebanyak 17,5 persen responden mengakui bahwa
saat dia bersekolah SMA, sekolahnya pernah terlibat tawuran
antar-pelajar. Tidak sedikit pula responden atau keluarga responden yang
mengaku pada masa bersekolah terlibat tawuran atau perkelahian massal
pelajar. Jumlahnya mencapai 6,6 persen atau sekitar 29 responden.
Di
antara pelajar laki-laki, tawuran seperti sudah menjadi tradisi yang
harus dilakukan. Kalau enggak tawuran, enggak jantan, enggak keren,
enggak mengikuti perkembangan zaman, atau banyak lagi anggapan lain.
VITO FAJARYANDO
1KA23
www.Gunadarma.ac.id