Jumat, 24 Januari 2014

Politik sebagai Panglima Sepakbola Indonesia

Politik sebagai Panglima Sepakbola Indonesia

http://www.shnews.co/foto_berita/15PSSI_hd.jpg

 Anda bisa menebak kalimat di atas itu berasal dari tahun berapa? Aha! Bukan. Itu bukan berasal dari tahun-tahun belakangan ini ketika sepakbola Indonesia penuh dengan berita brengsek dan menyebalkan. Kalimat di atas berasal dari laporan Majalah Tempo edisi 18 Januari 1986 -- kurang lebih 27 tahun lalu, satu tahun sebelum Indonesia akhirnya berhasil menjadi juara SEA Games 1987 cabang sepakbola untuk pertama kalinya.


Kalimat itu pantas untuk dijadikan pembuka serial tulisan mengenai sejarah [politik] sepakbola Indonesia sebagai ilustrasi tak terbantahkan: betapa sepakbola Indonesia memang penuh dengan cerita kegaduhan, kekisruhan, keruwetan.

Ah, tentu saja sudah banyak yang menulis tentang sepakbola sebagai alat menumbuhkan nasionalisme. Kami tak hendak menceritakan bagaimana Soekano, Hatta, MH Thamrin, Otto Iskandar Dinata atau Ki Hadjar Dewantara punya pemikiran yang sama bahwa sepakbola sebagai alat menumbuhkan nasionalisme.

Rangkaian tulisan mengenai sejarah [politik] sepakbola Indonesia di kanal About The Game ini bukan juga hanya membahas kisruh di tubuh federasi sepakbola kita. Rangkaian tulisan ini hendak menggambarkan bahwa persoalan sepakbola Indonesia memang selalu gaduh sejak dahulu. Kita juga tak bicara tentang apa yang harus dilakukan di masa sekarang terhadap sepakbola, tapi hanya hendak menunjukan bahwa sejarah itu [memang] seringkali berulang.

Ada banyak contoh yang bisa diajukan mengenai perulangan dalam cerita sepakbola kita, beberapa di antaranya bisa disebutkan di sini sebagai ilustrasi:

Di puncak kekuasaan Presiden Soekarno, menjelang diselenggarakannya Pesta Olahraga Ganefo, terjadi dualisme pengelolaan sepakbola antara KOGOR [semacam KONI sekarang] dengan PSSI. Puncak konflik antara KOGOR dengan PSSI adalah terkait pengelolaan tim nasional sepakbola yang akan mengikuti Ganefo. PSSI yang dipimpin Abdul Wahab merasa KOGOR terlalu mendominasi. Kisruh itu tidak merembet seruwet konflik PSSI-KPSI karena Soekarno langsung turun tangan untuk menyelesaikannya. Tidakkah ini mirip dengan kisruh beberapa waktu lalu terkait pengelolaan timnas SEA Games 2014? KPSI, yang memang berkonco dengan KONI, memaksakan agar timnas SEA Games dikelola oleh KONI, bukan PSSI.

Hampir di periode yang sama, tepatnya pada 1961, ketika Soekarno sangat mengagungkan nasionalisme, skandal judi terkuak. Sedikitnya 10 pemain dipecat dari timnas yang dipersiapkan untuk Asian Games yang akan diselenggarakan di Jakarta. Lima pemain lainnya mundur dari timnas karena ikut malu. Mereka adalah Iljas, Pietje, Omo, Rukma, Sunarto, Wowo (Jawa Barat), John Simon, Manan, Rasjid Dahlan (Sulawesi Selatan Tenggara), dan Andjiek (Jawa Timur).

Ke-10 pemain itu terbukti bersalah karena terlibat suap dengan mafia judi di pertandingan melawan Ceko Selection dan Yugoslavia Selection. Pimpinan KOGOR (Komando Gerakan Olahraga) mengeluarkan mereka dari pelatnas Asian Games pada tanggal 22 Februari 1962 dan pengurus PSSI Pusat melarang mereka untuk melakukan kegiatan olahraga dengan SK No. 1261/53/62 tanggal 2 Maret 1962. Keputusan itu juga didasarkan atas putusan pengadilan istimewa Jakarta terhadap para pelaku suap di pertandingan tersebut.

Jika saat ini semua orang sibuk berbicara tentang mafia sepakbola, topik itu sudah muncul dan berhasil dibuktikan secara meyakinkan di masa dulu. Sekarang kita hanya mendengar ribut-ribut tanpa ada tindakan tegas untuk menyelidiki dan menangkap para pelakunya. Hanya kegaduhan.
Bahkan Ketua PSSI saat ini, yang pada masa awal kepemimpinannnya lantang menyuarakan perlawanan terhadap mafia sepakbola, ternyata hanya bersilat lidah. Ah, kampanye seperti biasanya.

Tahun 1937 pernah terjadi pemberontakan terhadap pengurus federasi sepakbola yang diakui FIFA saat itu. Jong Batavia, Bogor, Sukabumi dan Surabaya sepakat membuat federasi baru yang dinamakan NIVU (Nederlandsch Indisch Voetbal Unie) sebagai upaya perlawanan terhadap Nederlandsch Indisch Voetbal Bond (NIVB) federasi yang sah saat itu. Alasan pemberontakan itu dilakukan itu adalah karena perkumpulan sepakbola lokal tersebut dikarenakan pembagian keuntungan karcis masuk pertandingan yang tidak imbang. NIVB mengambil lebih banyak keuntungan dibanding perkumpulan sepakbola lokal yang kemudian membuat NIVU ini.

Belum lagi perlawanan PSIM dengan membentuk PSSI baru di tahun 1937 sebagai upaya perlawanan terhadap federasi sepakbola pimpinan Ir. Soeratin yang dinilai terlalu berkompromi dengan Belanda saat itu. PSIM bergabung dengan perkumpulan sepakbola Jawa Tengah guna membentuk PSSI baru. Tapi PSSI pimpinan Soeratin tak tinggal diam. Tak berselang lama dari pembangkangan PSIM itu, PSSI melakukan aksi pembalasan dengan membentuk PSIM yang baru dengan nama yaitu PERSIM Mataram.

Jika PSSI era Nurdin mengkloning Persebaya setelah klub tersebut hijrah ke Liga Prima Indonesia [LPI], karena dikadali berkali-kali terkait laga melawan Persik demi menyelamatkan Pelita Jaya, PSSI era Soeratin yang sangat diagung-agungkan itu sudah melakukannya lebih dulu. Jika klub-klub ISL melawan PSSI-Djohar dengan ikut membidani terbentuknya federasi tandingan bernama KPSI, puluhan tahun silam PSIM sudah melakukannya.

Anda mengeluhkan banyaknya anggota DPRD dan DPR yang cawe-cawe mengurusi sepakbola? Jangan kuatir, orang seperti Habil Marati, Isran Noor, Achsanul Qosasih, Hinca Pandjaitan, dkk., di masa sekarang punya leluhurnya di masa lalu. Dulu anggota volksraad [dewan perwakilan di masa kolonial] juga banyak yang mengurusi sepakbola. Sebut saja nama: Otto Iskandar Dinata di Persib, MH Thamrin di Persija, Tengku Nyak Arif di Persiraja. Dick de Hood, pendiri klub THOR di Surabaya, juga seorang anggota volksraad. Dan tahukah Anda jika klub THOR itu masih hidup sampai sekarang dan saat ini malah diurus oleh seorang politisi sepakbola yang masih menjadi anggota DPRD Jawa Timur?

Ada satu fakta tambahan yang bisa diajukan untuk menjelaskan dengan amat ilustratif bagaimana politik mengendalikan olahraga, tak terkecuali sepakbola. Menjelang digelarnya Asian Games 1962 di Jakarta, Soekarno sampai mengeluarkan surat edaran berjudul "Amanat Tertulis Presiden Republik Indonesia", yang dengan sangat terus terang menyampaikan keharusan Indonesia masuk 5 besar Asia. Hasilnya: Indonesia peringat 2 dalam Asian Games 1962!

Setahun kemudian, Soekarno kembali mengeluarkan Kepres No. 263/1963 tentang misi Indonesia yang harus masuk dalam 10 besar olahraga di dunia dalam 10 tahun. Kepres itu juga memancangkan ambisi: atlet-atlet Indonesia bukan hanya harus berprestasi, tapi juga mutlak harus berjiwa progresif agar memberi sumbangan pada pembentukan manusia baru Indonesia.

Bisa dibayangkan bagaimana kerasnya suasana pelatnas cabang-cabang olahraga saat itu. Toni Pogacnik, pelatih timnas saat itu yang datang ke Indonesia dalam suasana politik kemesraan hubungan Indonesia dengan negara-negara Eropa Timur, menggenjot habis-habisan pemain-pemain timnas. Silakan Anda bayangkan apa jadinya jika pemain seperti Hamka Hamzah masih aktif bermain di era Soekarno.

Instruksi tanpa tedeng aling-aling itu mengingatkan kita tentang bagaimana Aburizal Bakrie yang sudah jadi ketua umum Partai Golkar membawa para pemain timnas Piala AFF 2010 ke kediamannya? Jika dulu Soekarno yang memberi instruksi melalui Kepres, di era modern pernah terjadi Nurdin Halid menurunkan harga tiket Piala AFF 2010 karena mengikuti seruan Ical.

Anda bisa melihat paralelismenya, bukan? Kekisruhan dan kegaduhan yang terus berulang. Dan itu hanya sedikit contoh dari belasan insiden dan peristiwa historis yang akan kami paparkan dalam serial artikel yang akan kami turunkan mulai hari ini.
Dan untuk semua paralelisme yang seringkali menyebalkan itu kita hanya perlu menyebut satu hal: politik!

Hubungan antara sepakbola dan politik adalah unik. Sepakbola dan politik nyatanya berbagi banyak kesamaan. Sepakbola dan politik memiliki jutaan penonton, sepakbola dan politik menghasilkan tribalisme yang ekstrim. Sepakbola dan politik sama-sama memunculkan harapan berbagi, bersenang-senang dalam kemenangan, persaingan dan kekalahan, pertikaian dan perselisihan.

Di sepakbola dan politik ada teladan dan tokoh inspiratif nan hebat yang diakui secara internasional, ada pahlawan lokal yang sangat dicintai. Dan media menunggu cerita sepakbola dan politik atas loyalitas dan persaingan sengit dari para pendukung mereka. Dan di saat-saat tertentu, politik dan sepakbola memiliki kemampuan untuk mempersatukan bangsa. Menciptakan harapan pada saat tragedi dan mendatangkan gembira pada saat datang kemenangan.

Pengaruh sepakbola sangat besar terhadap banyak kalangan. Andik Vermansyah mungkin hanya berkutat berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya lewat berdagang kalau dia tidak menemukan sepakbola. Sepakbola juga memberikan bantuan dari kesulitan hidup sehari-hari. Sepakbola menawarkan kesempatan pada manusia untuk melarikan diri dari kekhawatiran dan kecemasan mengenai keadaan ekonomi hari esok.

Sepakbola juga menghadirkan tentang merayakan kebanggan nasional, kebanggaan lokal, mendorong potensi lokal. Dan politik bisa belajar dari sepakbola dalam banyak hal ini.

Di bulan April ini, tepat pada perayaan 83 tahun lahirnya PSSI, kami hendak menyajikan kado yang manis untuk para pembaca tentang sepakbola Indonesia, tentang kejayaan, kebangaan, kegaduhan. Sekarang atau dulu ternyata sama saja. Sepakbola Indonesia tak banyak berubah.

Jika melihat federasi sepakbola Italia sebagai contoh pun ternyata sama. Kegaduhan, skandal, politisi yang menjalankan sepakbola itu masih terjadi. Bedanya, di Italia, hukum lebih ditegakkan dan federasi mengambil tindakan untuk antisipasi atas apa yang akan terjadi. Di Indonesia? Di sini hanya kisruh dan kegaduhan saja yang terdengar sejak dahulu. Ya memang, sejarah itu berulang. Sejarah kegaduhan sepakbola, sejarah sepakbola yang dijalankan para politisi.

Orang mungkin bisa berargumen: level Soekarno, Thamrin, Otto Iskandar Dinata saat mengurusi sepakbola berbeda dengan level politisi zaman sekarang. Mereka menjalankan misi mulia nasionalisme, sementara sekarang hanya mengejar kepentingan-kepentingan jangka pendek demi kekuasaan semata. Argumen seperti itu tak sepenuhnya salah, tapi perlu juga dicatat: politik niscaya selalu tentang kekuasaan. Dan di hadapan kekuasaan, semua orang berpotensi sama: punya kecenderungan menyalahgunakan dan koruptif -- apapun dan bagaimanapun mulia tujuan awalnya.

Karena potensi itulah politik seringkali dihindari tapi tak habis-habisnya orang menggeluti jalan politik. Potensi negatif politik itu toh tak menutupi kenyataan mendasar: mustahil terjadi perubahan mendasar tanpa terjadinya perubahan di lapangan politik.

Kegagalan memahami sekaligus memaksimalkan secara cerdik daya politik ini yang menyebabkan rezim Djohar Arifin gagal secara dini dalam menuntaskan agenda reformasi sepakbola di Indonesia. Jelas sebuah kesalahan mendasar jika ingin menghancurkan rezim lama yang canggih dalam berpolitik tanpa pemahaman yang memadai mengenai bagaimana politik dijalankan dalam sepakbola.
Ya, politik adalah panglima! Demikian judul besar dari era Demokrasi Terpimpin Soekarno dulu. Dan olahraga adalah salah satu eksperimen terpenting Soekarno dalam menjadikan politik sebagai panglima. Tidak heran jika dedengkot PKI, si flamboyan Njoto, memuat ultimatum penting di Harian Rakjat edisi 4 Maret 1964: "Kalau sport sudah politik, apalagi sastra dan seni!"

Dan semoga, kelak di artikel penutup serial tulisan ini, semoga kami bisa mengajukan sebuah hipotesis yang meyakinkan: jika memang politik mustahil dipisahkan dari sepakbola, maka harus ada formula paling aman untuk mengakomodasi politik dalam sepakbola.

Bagaimana dan seperti apa formulasinya? Mari kita berpolemik!

daftar pustaka :
http://sport.detik.com/aboutthegame/read/2013/04/05/185401/2212907/1497/4/politik-sebagai-panglima-sepakbola-indonesia 

ANDROID DI INDONESIA

 

 ANDROID DI INDONESIA


 http://uffenorde.com/wp-content/uploads/2010/12/androidEvolution1920x1080.png


A.Latar Belakang

Krisis ekonomi tahun 1998 telah menghancurkan sendi-sendi perekonomian Indonesia. Segala sektor dari yang besar sampai sektor terkecil pun terkena imbasnya dan terancam kelangsungan hidup usahanya, bahkan para investor asing berduyun-duyun ‘lari’ mencabut bisnisnya di Indonesia. Akibatnya terjadi banyak pengangguran di mana-mana.

Pemilu 1999 memberikan harapan baru bagi dunia bisnis di Indonesia. Iklim usaha di Indonesia berangsur-angsur pulih. Hal ini juga tidak terlepas karena stabilitas negara yang membaik sehingga gairah investasi muncul kembali. Tatanan perekonomian kembali stabil meskipun kurs rupiah sudah sangat turun dibandingkan sebelum terjadinya krisis. Daya beli masyarakat meningkat lagi dan bisnis-bisnis baru banyak bermunculan.

Di awal millennium ke-21 ini, bisnis di Indonesia tumbuh dengan pesat. Banyak pelaku-pelaku bisnis baru bermain di berbagai segmen pasar konsumen. Paling banyak sektor yang berkembang secara dominan adalah sektor telekomunikasi dan waralaba (franchise).
Sektor telekomunikasi bisa berkembang pesat karena kemajuan teknologi global khususnya di bidang handphone dan internet.

Bidang internet juga menunjukkan grafik kemajuan pesat. Banyak orang kini dalam berbisnis tidak bisa terpisahkan dengan dunia internet bahkan bidang usahanya adalah di dalam dunia maya internet. Hal ini otomatis memberikan peluang bisnis bagi pebisnis untuk berusaha diantaranya dalam jasa warnet.

Sektor lain yang berkembang pesat adalah sektor bisnis waralaba. Maraknya bisnis seperti ini dikarenakan masyarakat yang mempunyai dana ingin berusaha tetapi tidak susah-susah memulai dari nol. Berbisnis dengan cara ini dianggap lebih mudah dan menguntungkan.
Bisnis lain yang berkembang pesat pada periode 1999-2008 adalah bisnis properti terutama di kota-kota besar. Bisnis properti ini juga merambah kalangan menengah ke bawah yaitu bisnis perumahan.dan pendirian kios-kios murah. Masyarakat menengah ke bawah juga diberi kesempatan agar mampu mengembangkan usaha bisnisnya. Namun meliahat kenyataan yang ada di lapangan, bisnis-bisnis itu sebagian besar masih dikuasai pelaku lama. Pelaku baru memang ada, tetapi kuantitas bisnisnya cenderung stagnan.
.
Di dalam dunia usaha di Indonesia, jenis yang paling banyak digiatkan masyarakat adalah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Hal ini terbukti dari seluruh unit usaha di Indonesia yang mencapai 45,7 juta unit usaha (2006), 98% masyarakat bergerak dalam sektor UMKM. Sektor yang paling banyak dilirik adalah jenis usaha berdagang di pasar, warung kaki lima, usaha kerajinan dan produksi barang dalam skala kecil sampai dengan menengah.

B. Sejarah Android

Kerjasama dengan Android Inc.
Pada Juli 2005, Google bekerjasama dengan Android Inc., perusahaan yang berada di Palo Alto, California Amerika Serikat. Para pendiri Android Inc. bekerja pada Google, di antaranya Andy Rubin, Rich Miner, Nick Sears, dan Chris White. Saat itu banyak yang menganggap fungsi Android Inc. hanyalah sebagai perangkat lunak pada telepon seluler. Sejak saat itu muncul rumor bahwa Google hendak memasuki pasar telepon seluler. Di perusahaan Google, tim yang dipimpin Rubin bertugas mengembangkan program perangkat seluler yang didukung oleh kernel Linux. Hal ini menunjukkan indikasi bahwa Google sedang bersiap menghadapi persaingan dalam pasar telepon seluler.

2007-2008: Produk awal
Sekitar September 2007 sebuah studi melaporkan bahwa Google mengajukan hak paten aplikasi telepon seluler (akhirnya Google mengenalkan Nexus One, salah satu jenis telepon pintar GSM yang menggunakan Android pada sistem operasinya. Telepon seluler ini diproduksi oleh HTC Corporation dan tersedia di pasaran pada 5 Januari 2010).
Pada 9 Desember 2008, diumumkan anggota baru yang bergabung dalam program kerja Android ARM Holdings, Atheros Communications, diproduksi oleh Asustek Computer Inc, Garmin Ltd, Softbank, Sony Ericsson, Toshiba Corp, dan Vodafone Group Plc. Seiring pembentukan Open Handset Alliance, OHA mengumumkan produk perdana mereka, Android, perangkat bergerak (mobile) yang merupakan modifikasi kernel Linux 2.6. Sejak Android dirilis telah dilakukan berbagai pembaruan berupa perbaikan bug dan penambahan fitur baru.
Telepon pertama yang memakai sistem operasi Android adalah HTC Dream, yang dirilis pada 22 Oktober 2008. Pada penghujung tahun 2009 diperkirakan di dunia ini paling sedikit terdapat 18 jenis telepon seluler yang menggunakan Android.

BAB II
PEMBAHASAN
 A.     Pengertian Android
Android adalah sistem operasi untuk aplikasi mobile yang berbasis Linux. Operating System Android ini di keluarkan oleh Google untuk menyaingi Windows, Apple dan pesaing-pesaingnya. Melihat pasar mobile yang begitu cepat maka Google melihat suatu peluang bisnis yang besar dan Google sangat berambisi untuk ikut di dalam persaingan teknologi mobile phone ini.
Android itu sendiri adalah sebuah aplikasi open source yang memungkinkan untuk pengguna membuat sendiri dan mengembangkan aplikasi android tersebut.

B.     Perkembangan Android

Android versi 1.1
Pada 9 Maret 2009, Google merilis Android versi 1.1. Android versi ini dilengkapi dengan pembaruan estetis pada aplikasi, jam alarm, voice search (pencarian suara), pengiriman pesan dengan Gmail, dan pemberitahuan email.

Android versi 1.5 (Cupcake)
Pada pertengahan Mei 2009, Google kembali merilis telepon seluler dengan menggunakan Android dan SDK (Software Development Kit) dengan versi 1.5 (Cupcake). Terdapat beberapa pembaruan termasuk juga penambahan beberapa fitur dalam seluler versi ini yakni kemampuan merekam dan menonton video dengan modus kamera, mengunggah video ke Youtube dan gambar ke Picasa langsung dari telepon, dukungan Bluetooth A2DP, kemampuan terhubung secara otomatis ke headset Bluetooth, animasi layar, dan keyboard pada layar yang dapat disesuaikan dengan sistem.

Android versi 1.6 (Donut)
Donut (versi 1.6) dirilis pada September dengan menampilkan proses pencarian yang lebih baik dibanding sebelumnya, penggunaan baterai indikator dan kontrol applet VPN. Fitur lainnya adalah galeri yang memungkinkan pengguna untuk memilih foto yang akan dihapus; kamera, camcorder dan galeri yang dintegrasikan; CDMA / EVDO, 802.1x, VPN, Gestures, dan Text-to-speech engine; kemampuan dial kontak; teknologi text to change speech (tidak tersedia pada semua ponsel; pengadaan resolusi VWGA.

Android versi 2.0/2.1 (Eclair)
Pada 3 Desember 2009 kembali diluncurkan ponsel Android dengan versi 2.0/2.1 (Eclair), perubahan yang dilakukan adalah pengoptimalan hardware, peningkatan Google Maps 3.1.2, perubahan UI dengan browser baru dan dukungan HTML5, daftar kontak yang baru, dukungan flash untuk kamera 3,2 MP, digital Zoom, dan Bluetooth 2.1.
Untuk bergerak cepat dalam persaingan perangkat generasi berikut, Google melakukan investasi dengan mengadakan kompetisi aplikasi mobile terbaik (killer apps – aplikasi unggulan). Kompetisi ini berhadiah $25,000 bagi setiap pengembang aplikasi terpilih. Kompetisi diadakan selama dua tahap yang tiap tahapnya dipilih 50 aplikasi terbaik.
Dengan semakin berkembangnya dan semakin bertambahnya jumlah handset Android, semakin banyak pihak ketiga yang berminat untuk menyalurkan aplikasi mereka kepada sistem operasi Android. Aplikasi terkenal yang diubah ke dalam sistem operasi Android adalah Shazam, Backgrounds, dan WeatherBug. Sistem operasi Android dalam situs Internet juga dianggap penting untuk menciptakan aplikasi Android asli, contohnya oleh MySpace dan Facebook.

Android versi 2.2 (Froyo: Frozen Yoghurt)
Pada 20 Mei 2010, Android versi 2.2 (Froyo) diluncurkan. Perubahan-perubahan umumnya terhadap versi-versi sebelumnya antara lain dukungan Adobe Flash 10.1, kecepatan kinerja dan aplikasi 2 sampai 5 kali lebih cepat, intergrasi V8 JavaScript engine yang dipakai Google Chrome yang mempercepat kemampuan rendering pada browser, pemasangan aplikasi dalam SD Card, kemampuan WiFi Hotspot portabel, dan kemampuan auto update dalam aplikasi Android Market.

Android versi 2.3 (Gingerbread)
Pada 6 Desember 2010, Android versi 2.3 (Gingerbread) diluncurkan. Perubahan-perubahan umum yang didapat dari Android versi ini antara lain peningkatan kemampuan permainan (gaming), peningkatan fungsi copy paste, layar antar muka (User Interface) didesain ulang, dukungan format video VP8 dan WebM, efek audio baru (reverb, equalization, headphone virtualization, dan bass boost), dukungan kemampuan Near Field Communication (NFC), dan dukungan jumlah kamera yang lebih dari satu.

Android versi 3.0/3.1 (Honeycomb)
Android Honeycomb dirancang khusus untuk tablet. Android versi ini mendukung ukuran layar yang lebih besar. User Interface pada Honeycomb juga berbeda karena sudah didesain untuk tablet. Honeycomb juga mendukung multi prosesor dan juga akselerasi perangkat keras (hardware) untuk grafis. Tablet pertama yang dibuat dengan menjalankan Honeycomb adalah Motorola Xoom. Perangkat tablet dengan platform Android 3.0 akan segera hadir di Indonesia. Perangkat tersebut bernama Eee Pad Transformer produksi dari Asus. Rencana masuk pasar Indonesia pada Mei 2011.

Android versi 4.0 (ICS :Ice Cream Sandwich)
Diumumkan pada tanggal 19 Oktober 2011, membawa fitur Honeycomb untuk smartphone dan menambahkan fitur baru termasuk membuka kunci dengan pengenalan wajah, jaringan data pemantauan penggunaan dan kontrol, terpadu kontak jaringan sosial, perangkat tambahan fotografi, mencari email secara offline, dan berbagi informasi dengan menggunakan NFC.

C.     Perkembangan Android di Indonesia
Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi menyebabkan semakin banyak orang mengerti akan pentingnya fungsi komputer dalam membantu pekerjaan mereka. Saat ini perkembangan komputer telah membawa perubahan besar dalam berbagai bidang diantaranya bidang Politik, Ilmu Pengetahuan, Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Kesehatan. Perkembangan teknologi informasi, selain perkembangan aplikasi desktop pada komputer juga meliputi perkembangan aplikasi mobile. Seperti yang kita ketahui saat ini, kebutuhan manusia tidak pernah terbatas seperti kebutuhan komunikasi salah satunya. Sehingga, handphone yang kita kenal sebagai alat telpon (komunikasi) genggam semakin berkembang pesat dengan aplikasi-aplikasi terbaru dan bermanfaat untuk kebutuhan manusia di saat ini.

Semakin berkembang aplikasi mobile maka, terciptalah sebuah sistem operasi yang dikembangkan untuk perangkat mobile berbasi linux yaitu android. Pada awalnya sistem operasi ini dikembangkan oleh Android Inc. yang kemudian dibeli oleh Google pada tahun 2005. Dalam usaha untuk mengembangkan Android, pada tahun 2007 dibentuklah Open Handset Alliance(OHA), sebuah konsorsium dari beberapa perusahaan dengan tujuan untuk mengembangkan standar terbuka untuk perangkat mobile. Kelebihan dari android sendiri bagi para pengembang aplikasi mobile adalah dengan software Development Kits (SDK) yang lengkap, dilengkapi dengan emulator yang membantu untuk menguji coba aplikasi yang dibuat serta dokumentasi yang lengkap. Serta tidak ada biaya lisensi untuk memperoleh SDK ini. Android merupakan pilihan yang tepat untuk pengembang.
Selain dari segi pengembang aplikasi mobile, android juga mempunyai kelebihan dari sisi pengguna android (user). Android menawarkan sebuah lingkungan yang berbeda untuk pengembang. Setiap aplikasi memiliki tingkatan yang sama. Android tidak membedakan antara aplikasi inti dengan aplikasi pihak ketiga. API yang disediakan menawarkan akses ke hardware maupun data-data ponsel sekalipun, atau data system sendiri. Bahkan pengguna dapat menghapus aplikasi inti dan menggantikannya dengan aplikasi pihak ketiga. Disinilah yang membuat OS android berbeda dengan OS mobile lainnya. User dapat dengan mudah mendapatkan berbagai aplikasi yang uptodate,hanya tinggal mendownload saja.  Sehingga user dapat dengan leluasa menggunakan aplikasi pihak ketiga. Contohnya ada beberapa aplikasi yang sudah siap untuk di download oleh user android seperti mapping, pariwisata, cara memasakdengan resep jitu dll. Aplikasi-aplikasi tersebut merupakan aplikasi pihak ketiga yang dikembangkan oleh pengembang menggunakan android. Jadi android mempunyai kelean bagi bihara pengembang aplkasi-aplikasi mobile (aplikasi pihak ketiga) dan juga sebagai pengguna mobile android dapat dengan mudah mendapatkan  berbagai aplikasi pihak ketiga tersebut. Cukup dengan mendownload nya di tempat browser yang tersedia di mobile tersebut.

Berdasarkan kelebihan android seperti yang telah di sebutkan di atas maka, kini saya akan membahas perkembangan android khusus di Negara Indonesia yaitu, pasar Android di Indonesia akan berkembang seiring dari banyaknya operator selular dan Produsen smartphone gencar menyuarakan Open source Android. Pangsa Pasar smartphone Indonesia yang besar memungkinkan smartphone yang murah dan mempunyai feature yang lengkap sesuai dengan karateristik dari masyarakat Indonesia

Saat ini kita bahas salah satu operator yang gencar menyuarakan android yaitu Indosat. Pada bulan Maret lalu Indosat melakukan road show di 7 kota yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Jogyakarta, Malang, Surabaya, dan Makassar. Indosat memperkenalkan Teknologi smartphone yang mempermudah komunikasi, tampilan yang menarik, serta aplikasi yang mudah dioperasikan. Dalam Road Show ini Indosat juga melakukan seminar dan edukasi kepada pengunjung. Dalam seminar ini, pengunjung bisa lebih mengetahui apa itu Android, sejarah, kelebihan serta platform dan variasi aplikasi yang dimiliki. Apa yang dilakukan Indosat akan diikuti oleh operator selular lain yang melihat potensi dan peluang bisnis dari Open Source Android ini.
Disamping operator selular yang gencar, banyaknya komunitas programmer yang menyuarakan Android membuat perkembangan Andorid di sini menjadi cepat. Seperti komunitas Android-Indonesia

Pada saat ini, perkembangan android di Indonesia dipengaruhi oleh banyaknya smartphone yang telah beredar di Indonesia dan keinginan berbagai produsen smartphone tersebut untuk memangkas biaya produksi sehingga menghasilkan produk smartphone yang berkualitas dan mempunyai harga jual yang lebih terjangkau daripada menggunakan OS yang lainnya. Persebaran smartphone berandroid di Indonesia yang besar memungkinkan smartphone yang murah dan mempunyai feature yang lengkap sesuai dengan karateristik dari masyarakat Indonesia.

Penyebab mengapa Android dapat berkemban cepat di Indonesia.
1. Update rutin
Android selalu melakukan update secara terus menerus, melakukan perbaikan perbaikan berbagai bugs dan penambahan fitur yang menjadikan OS semakin lebih bagus dari versi sebelumnya.
2. Open source
Android adalah OS open source yang gratis jadi dilihat dari segi harganya akan lebih murah daripada smartphone yang ber OS tidak gratis, disamping itu OS android memungkinkan para programmer programmer untuk mengembangkan atau membuat aplikasi berbasis Android.
3. Didukung oleh Vendor Kelas Atas
Dukungan penuh dari vendor-vendor kelas atas seperti Samsung, HTC, Motorola dll dalam menghasilkan smartphone yang berkelas akan membantu menaikkan pamor android.
4. Merek Google
Reputasi Google  yang tidak diragukan lagi menjadi keunggulan tersendiri bagi Android. Hal ini membuat konsumen yakin bahwa OS Android adalah OS yang benar benar bagus dan berkualitas.
5. User Friendly
Teknologi layar sentuh, membuat mudah dalam penggunaannya serta didukung oleh tampilan yang menarik.

D.     Prospek Perkembangan Luar Biasa Android di Indonesia
Sekitar dua tahun yang lalu ketika pertama kali telepon genggam berbasis Android resmi masuk di Indonesia, harganya masih sangat mahal dan produknya pun masih langka. Sekarang keadaannya sudah sangat berbeda. Banyak vendor baik lokal maupun luar memasarkan berbagai macam handset berbasis Android di Indonesia. Harga dan jenisnya pun bervariasi, mulai dari yang low-end, berharga di bawah Rp 1 juta, hingga yang high-end dengan harga di atas Rp 5 juta.Fenomena yang menarik adalah handset Android yang berharga murah. Dengan masuknya berbagai jenis handset murah berbasis Android di Indonesia, Android makin menyentuh para konsumen yang berdaya beli rendah seperti mahasiswa. Masyarakat pun sekarang makin mudah untuk mencoba berbagai teknologi baru yang disajikan oleh Android karena harganya yang makin terjangkau dan jenisnya yang semakin beragam.

Handset Android dengan segala daya tariknya berpotensi menggeser pasar telepon genggam yang ada di Indonesia saat ini. Bukan tidak mungkin produk ini akan menjadi handset “sejuta umat” berikutnya di Indonesia.Hal ini tentu membuka peluang baru bagi para pengembang aplikasi mobile yang ingin menargetkan kepada pasar lokal. Ditambah dengan dukungan sistem pembayaran aplikasi berbayar serta berbagai jenis jasa mobile advertising yang tersedia, para pengembang aplikasi mempunyai banyak opsi untuk menjual aplikasi Android yang mereka kembangkan.
Kesempatan untuk menghasilkan pemasukan dari mengembangkan aplikasi Android pun semakin terbuka lebar bagi para pengembang lokal. Salah satu kesempatan baik yang bisa dimanfaatkan untuk menjual dan memperkenalkan karya mereka ke dunia luar adalah dengan mengikuti berbagai kompetisi. Salah satu yang sedang berlangsung saat ini adalah kompetisi pengembangan aplikasi Android yang diselenggarakan IDBYTE bersama Qualcomm dan HTC, “IDBYTE Android Mobile Applications Development Competition”.Kompetisi ini mengajak para pengembang aplikasi mobile lokal, terutama yang berbasis Android, untuk mengajukan karya terbaik mereka terutama yang bertema pariwisata. Para pengembang aplikasi Android lokal bisa memanfaatkan momentum ini untuk membuat dan memasarkan aplikasi mereka ke pasar yang lebih luas. Yang diperlukan hanyalah kemauan, kerja keras, dan kreativitas, sehingga momentum ini bisa dioptimalkan demi kemajuan industri digital Indonesia
  
E.     Android dan Peluang Bagi Para Pengembang Aplikasi Lokal

Popularitas Android terus bertumbuh, bukan hanya dari jumlah perangkat yang mengadopsi platform ini, tetapi juga para operator telekomunikasi yang mulai memberikan fokus yang lebih pada platform opensource yang dikembangkan Google ini.
Beberapa waktu yang lalu, Kompas memuat artikel yang memberitakan bahwa kini Telkom dengan produk Flexi mereka akan mulai menyasar para konsumen yang tertarik dengan Android, dengan menyediakan Android untuk pengguna CDMA pertama yang bekerjasama dengan beberapa vendor ponsel lewat sistem bundling.

Kompas juga menuliskan bahwa, Flexi menggandeng 150 mitra penyedia konten dan akan meluncurkan Flexi Market yang nantinya bisa ditemukan di Android Market. Aplikasi ini dikabarkan akan dirilis bulan September ini.

Melihat perkembangan ini, saya mencoba melakukan wawancara via email dengan Agus Hamonangan, sebagai founder dari ID-Andorid, untuk melihat bagaimana pandangan beliau atas perkembangan dari Flexi ini, dan secara keseluruhan tentang perkembangan yang terjadi di komunitas pengembang Android di Indonesia.
Tentang Android Flexi (kita sebut saja demikian), Agus Hamonangan mengatakan bahwa, perkembangan ini akan sangat baik untuk menunjang perkembangan pengembang Android lokal dan memenuhi kebutuhan aplikasi dengan rasa lokal yang dibutuhkan oleh pengguna, perkembangan yang dilakukan Flexi ini adalah sebuah peluang dan juga tantangan, “sebab aplikasi yang ada di android market kebanyakan gratis, para pengembang lokal harus bisa menemukan bisnis model yang menarik dan menguntungkan”.

Model bisnis bisa menjadi hal yang serius bagi para pengembang, produk yang dikembangkan oleh para pengembang tentu harus diganti dengan pemasukan untuk membiayai produksi pengembangan aplikasi lain, model usaha yang biasanya dijalankan oleh pengembang antara lain, aplikasi yang bersifat gratis bisa berperan sebagai portofolio untuk mengejar proyek yang didasarkan dari keahlian para pengembang atas aplikasi yang mereka kembangkan atau dengan sistem mobile advertising.
Ditambahkan juga oleh Mas Agus bahwa semakin menjamurnya platform Android di tanah air, maka akan dibutuhkan aplikasi lokal yang memang khusus dibuat oleh pengembang lokal, dimana pengembang lokal ini harus siap bersaing juga dengan pengembang dari luar negeri.
Untuk masalah konsumen juga memberikan persoalannya tersendiri, beberapa kali saya sendiri diberi pertanyaan oleh teman-teman disekitar saya tentang apa itu Android dan apa keunggulan yang ditawarkannya, ini menjelaskan bahwa konsumen ternyata belum semuanya paham tentang keungulan dan layanan yang ditawarkan oleh Andorid.

 Untuk permasalahan ini, Mas Agus mejelaskan bahwa, “mungkin mindset kebanyakan masyarakat kita selama ini adalah opensource itu susah, ribet, dll. Untuk itulah dibutuhkan sosialisasi Android yang melibatkan 4 pihak: Google, vendor ponsel, operator/telco, komunitas ID-Android.”
Lalu bagaimana dengan perkembangan developer Android lokal sekarang ini, dan hubungannya tentang pendapatan yang mereka dapatkan? Mas Agus menjelaskan bahwa tantangan yang harus dihadapi oleh pengembang aplikasi lokal adalah, apakah mereka siap atau tidak untuk menghadapi pengembang luar yang aplikasinya keren dan juga gratis.
“Hemat saya developer lokal harus mulai dari dalam, artinya bikin aplikasi lokal yang berguna bagi user Indonesia. Baru bikin aplikasi yang global dan keren, agar siap beradu di pasar aplikasi global. Bisnis modelnya kedepan adalah “MOBILE ADVERTISING”  yang bisa jalan disetiap aplikasi yang kita bikin.”

Mas Agus juga menjelaskan bahwa peluang bagi pengembang aplikasi lokal juga masih terbuka lebar, baik di pasar lokal maupun international, tetapi tidak terlepas juga dari tantangan serta kesulitan yang biasanya muncul bagi pengembang lokal, berikut penjelasan Mas Agus:
1. Untuk aplikasi yang ditaruh di Android market, tantangannya adalah belum adanya payment gateway dari Indonesia, sehingga kita hanya bisa download aplikasi gratis.
2. Untuk aplikasi yang ditaruh di “local app store”  kurang menariknya pembagian. Share hasil penjualan aplikasi, para developer lokal kebagian kecil sekitar 50%, Operator 30% dan CP 20%. 

Harusnya peran Content Provider  (CP) ditiadakan, langsung saja local app storel itu diurus operator, sehingga pembagian bisa 80% untuk pengembang dan 20% untuk Operator.
Masih berhubungan dengan konsumen, meski sudah banyak pendekatan langsung pada konsumen, baik itu yang dilakukan oleh vendor ponsel, perusahaan telekomunikasi ataupun para pengembang sendiri, memang masih butuh waktu bagi Android bisa dikenal dan terutama digunakan oleh masyarakat yang lebih luas.

Beberapa hari yang lalu saya mencoba untuk memperhatikan toko-toko penjualan ponsel di salah satu pusat pertokoan ponsel di Bandung, beberapa ‘hiasan’ atau banner iklan di toko-toko tersebut masih didominasi oleh pajangan atau iklan BlackBerry, yang memang kini menjadi ponsel populer, namun dominasi ini sepertinya akan mulai berubah, salah satunya adalah dengan akan semakin banyak muncul ponsel-ponsel Android yang menyasar pengguna menengah-bawah, dan tentu saja komunitas para pengembang juga akan memegang peranan penting, seiring dengan tren kedepan perangkat bergerak dan telekomunikasi yang akan menitikberatkan pada konten, bukan lagi tarif telepon.
Bagaimana dengan pendapat Anda tentang perkembangan Android di tanah air? Apakah Anda juga salah satu pengembang Android, bagaimana pengalaman Anda mengembangkan aplikasi Android? Dan bagaimana pendapat Anda tentang platform ini dalam waktu kedepan?


PENUTUP
A.    Kesimpulan
Android adalah sistem operasi untuk aplikasi mobile yang berbasis Linux. Android itu sendiri adalah sebuah aplikasi open source yang memungkinkan untuk pengguna membuat sendiri dan mengembangkan aplikasi android tersebut.
Penyebab mengapa Android dapat berkemban cepat di Indonesia.
1. Update rutin
Android selalu melakukan update secara terus menerus.
2. Open source
Android adalah OS open source yang gratis jadi dilihat dari segi harganya akan lebih murah daripada smartphone yang ber OS tidak gratis.
3. Didukung oleh Vendor Kelas Atas
Dukungan penuh dari vendor-vendor kelas atas.
4. Merek Google
Reputasi Google  yang tidak diragukan lagi menjadi keunggulan tersendiri bagi Android.
5. User Friendly
Teknologi layar sentuh, membuat mudah dalam penggunaannya serta didukung oleh tampilan yang menarik.
Handset Android dengan segala daya tariknya berpotensi menggeser pasar telepon genggam yang ada di Indonesia saat ini. Bukan tidak mungkin produk ini akan menjadi handset “sejuta umat” berikutnya di Indonesia.Hal ini tentu membuka peluang baru bagi para pengembang aplikasi mobile yang ingin menargetkan kepada pasar lokal. Ditambah dengan dukungan sistem pembayaran aplikasi berbayar serta berbagai jenis jasa mobile advertising yang tersedia, para pengembang aplikasi mempunyai banyak opsi untuk menjual aplikasi Android yang mereka kembangkan. Sehingga kesempatan untuk menghasilkan pemasukan dari mengembangkan aplikasi Android pun semakin terbuka lebar bagi para pengembang lokal.



DAFTAR PUSTAKA

http://android-developers.blogspot.com/2011/12/android-403-platform-and-updated-sdk.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Android_(sistem_operasi)
http://www.infoteknologi.com/selular/apa-itu-android/
http://ictfiles.com/column/2010/04/20/android_dan_perkembangannya
http://ictfiles.com/column/2010/04/20/android_dan_perkembangannya
http://www.android-indonesia.com
http://tekno kompas com/read/2011/06/21/14144268/
http://karimahpatryani.wordpress.com/2011/01/03/perkembangan-bisnis-indonesia/
http://ariesre.wordpress.com/2011/01/31/pengaruh-dan-peranan-ti-terhadap-perkembangan-bisnis-online-di-indonesia/

korupsi di Indonesia




Praktek korupsi di Indonesia mengalami pergeseran pola yaitu dari yang melibatkan birokrasi, kepala daerah dan wakil rakyat ke pihak dengan actor yang hampir sama namun dengan perluasan cakupan keterlibatan. Perluasan cakupan keterlibatan ini sebenarnya terkait dengan sifat korupsi dari yang personal dan atau berjamaah ke sistematik terorganisir. Artinya bahwa awalnya pada kurun waktu 1999 sampai dengan 2009, korupsi yang melibatkan aktornya hanya berkaitan dengan pemuasan syahwat politik individual birokrasi atau kepala daerah bersangkutan.

Korupsi yang dilakukan wakil rakyat terjadi dengan memanfaatkan kewenangan yang dimiliki dalam hak budgeting sebagai lembaga legislative, namun pemanfaatan tersebut tidak dapat dikatakan bahwa lembaganya yang korup. Karena dengan hak budgeting yang dimiliki, anggota DPRD menginginkan tambahan pendapatan yang seolah-olah sah. Tambahan pendapatan dengan menganggarkan dalam APBD menjadi bentuk manipulasi anggaran. Korupsi yang berwatak individual inilah mengalami pergeseran pola pasca 2009.

Sebagaimana yang terungkap dalam kasus-kasus korupsi yang melibatkan 2 partai koalisi yaitu Nazaruddin dan Hambalang untuk Partai Demokrat, atau suap impor daging sapi untuk PKS adalah bentuk korupsi politik yang sistematif terorganisir. Bahkan apabila merujuk kasus korupsi PPID sebelumnya yang melibatkan kader PAN juga dapat menjadi referensi korupsi politik. Korupsi politik disini adalah korupsi yang dilakukan dengan mengambil keuntungan dari APBN/D untuk kepentingan pengelolaan mesin politik partai.

Dalam hal ini, korupsi yang dilakukan oleh DPR/D tidak semata untuk kepentingan pribadi anggota yang melakukan korupsi. Dana korupsi mengalir ke pihak-pihak lain baik sesama anggota dewan atau pengurus partai politik. Aliran dana tersebut kemudian diperuntukkan untuk mengelola dan menjalankan organisasi partai, memenuhi kebutuhan partai termasuk biaya konsolidasi dalam memperkuat organisasi partai di aras propinsi maupun kota/kabupaten. Dengan kata lain, korupsi politik merupakan korupsi yang dilakukan oleh partai politik melalui anggota-anggotanya yang duduk sebagai anggota legislative maupun eksekutif.

Korupsi politik dilakukan dengan kesadaran untuk membantu partai politik tempat dimana anggota legislative atau eksekutif (menteri/kepala daerah) bernaung sebagai bentuk kompensasi politik terhadap partai. Kompensasi politik dimaksud adalah jabatan yang sekarang diraih sebagai legislative dan eksekutif tidak terlepas dari peran partai yang mencalonkan atau menominasikan untuk menjadi DPR/D atau menteri/kepala daerah. Niat melakukan korupsi untuk mengembangkan mesin partai dalam mempertahankan kekuasaan atau menambah kekuasaan yang sudah dalam genggaman.
Korupsi politik tidak bisa dilepaskan dari biaya politik tinggi dalam mengelola partai politik. 

Ditengah pragmatisme politik konstituen, biaya politik menjadi keniscayaan yang harus dikeluarkan untuk meraih massa atau memperluas basis dukungan partai. Konstituen saat ini tidak mempan hanya diiming-imingi ideology atau program partai. Mereka juga butuh ‘fresh money’ sebagai kompensasi dukungan terhadap partai politik yang bersangkutan. Biaya politik telah menciptakan politik yang korup.

Politik korupsi menjadi gambaran dari politik Indonesia, dimana parpol menjadi tiang demokrasi telah mengalami pembusukan. Pembusukan yang menimbulkan kerapuhan apabila tidak segera dibenahi akan meruntuhkan bangunan demokrasi yang sudah dibangun dengan susah payah. Partai politik tidak memperkuat pelembagaan demokrasi yang sehat dan jujur, namun menjadi bagian dari masalah demokrasi itu sendiri. Politik korupsi menjadi wacana actual khas Indonesia dengan menempatkan kerja politik tidak bisa dilepaskan dari langkah-langkah korupsi untuk mengeruk uang rakyat. Partai politik tidak berpikir untuk mengelola APBN/D dengan baik sehingga bisa untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Parpol hanya berpikir berapa prosentasi yang bisa diambil dan didistribusikan untuk biaya politik partai.